Tweet |
|
Setiap orang yang melaksanakan fungsi kepemimpinan harus mampu memberdayakan orang lain agar mau melakukan upaya-upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian pula dengan pengawas satuan pendidikan. Sejalan dengan tugas pokoknya, maka para pengawas dituntut memiliki kemampuan memberdayakan para mereka agar bekerja seoptimal mungkin guna peningkatan kualitas kinerja mereka. |
Memberdayakan berarti “memasukkan daya ke dalam”, atau “menyalurkan energi dan antusiasme”. Dengan perkataan lain, member- dayakan berarti membuat usaha yang sistematis dan berkesinambungan untuk memberi orang lain informasi, pengetahuan, dukungan, dan kesempatan yang lebih banyak guna melatih kekuatan mereka untuk meraih keberhasilan. Maka tahap pertama dalam memberdayakan orang lain adalah menjaga agar jangan sampai mengulang melakukan apapun yang bisa membuat mereka merasa tak berdaya atau yang mengurangi energi dan antusiasme mereka atas apa yang mereka lakukan.
Memberdayakan Orang Lain
Kebutuhan yang paling mendalam dari masing-masing orang adalah harga diri, merasa dianggap penting, bernilai, dan bermanfaat. Apa pun yang kita lakukan dalam interaksi dengan mereka, pasti akan mempengaruhi harga diri mereka. Kita harus mempunyai kerangka acuan yang sangat tepat untuk menentukan segala sesuatu yang dapat kita lakukan untuk mendorong harga diri mereka, dan karenanya juga memunculkan perasaan kekuatan pribadi mereka. Berikanlah kepada mereka apa yang kita sukai bagi diri kita sendiri.
Tiga hal sederhana yang dapat kita lakukan setiap hari untuk memberdayakan orang lain dan membuat mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri akan diuraikan di bawah ini.
1) Apresiasi (Appreciation)
2) Pendekatan (Approach)
3) Perhatian (Atention)
Mendengarkan Orang Lain (Listening)
Menjadi pendengar yang baik merupakan salah satu syarat mutlak bagi seorang pengawas untuk bisa memiliki pengaruh terhadap kepala sekolah, guru, dan staf sekolah lainnya. Dengan memiliki pengaruh, seorang pengawas memiliki bekal yang lebih baik untuk memberdayakan para perangkat sekolah tersebut sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Apa yang ada pada tubuh kita sebenarnya sudah menggambarkan bagaimana seharusnya kita menggunakannya secara bijak agar bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh, kita memiliki satu mulut dan dua telinga, artinya kita dituntut untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Sayangnya, kita tidak terbiasa untuk terampil menggunakan telinga kita untuk mendengar lebih banyak daripada berbicara. Padahal, dengan banyak mendengar, akan makin banyak pula informasi yang kita dapatkan. Dengan banyak informasi, kita pun akan memiliki bekal yang lebih baik lagi guna mempengaruhi orang lain.
Seberapa jauhkah keterampilan mendengar kita selama ini? Mari kita coba uji dengan mengisi kuis di bawah ini.
1. Mengapa Kita Harus Mendengar
Mendengar tidak hanya merupakan perilaku yang sopan dan memberikan nilai yang berharga bagi si pendengar. Kita juga bisa mendapatkan banyak hal.
Banyak alasan mengapa kita harus mau mendengar:
a. Membangun kepercayaan.
b. Kredibilitas.
c. Dukungan
d. Menjadikan sesuatu terlaksana
e. Informasi
f. Pertukaran
2. Kebiasaan Mendengar Yang Buruk
Mendengar secara buruk sudah menjadi hal yang umum, namun jarang diperhatikan. Menurut Robertson (1994), ada sepuluh kebiasaan mendengar yang buruk yang paling umum dilakukan orang. Kesepuluh kebiasaan tersebut adalah:
a. Kurang perhatian pada masalah yang dibicarakan
b. Perhatian dipusatkan pada orangnya, bukan pada isi pembicaraan.
c. Melakukan interupsi.
d. Memusatkan perhatian pada detail dan mengabaikan gambaran umum.
e. Memaksakan mencocokkan ide pembicara kedalam model mental sendiri.
f. Menunjukkan bahasa tubuh yang menandakan ketidaktertarikan
g. Menciptakan atau membiarkan terjadinya kebingungan
h. Mengabaikan apa yang tidak dipahami
i. Membiarkan emosi menghalangi pemahaman materi yang dibicarakan
j. Mengkhayal, sehingga tidak bisa mendengar pembicaraan secara utuh.
3. Kebiasaan Mendengar Yang Baik
Meskipun kebiasaan mendengar yang baik sudah merupakan hal umum, namun ada beberapa pola kebiasaan mendengar yang bisa dilakukan untuk membantu orang lain, termasuk pada akhirnya membantu diri sendiri.
Kebiasaan mendengar yang baik tersebut adalah:
a. Memberikan perhatian penuh.
b. Membantu orang lain untuk bicara.
c. Memberi orang lain dukungan (support).
d. Mengelola reaksi kita.
4. Gaya Mendengar
Menurut Barker (1971) dan Watson (1995), ada empat gaya mendengarkan yang biasanya digunakan orang, tergantung pada kesukaan dan tujuannya. Keempat gaya mendengar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gaya Orientasi Orang (People-Oriented)
b. Gaya Orientasi Isi (Content-Oriented)
c. Gaya Orientasi Tindakan (Action-Oriented)
d. Gaya Orientasi Waktu (Time-Oriented)
Bila pengawas dapat mengenali gaya mendengar kita sendiri dan juga para kepala sekolah, guru, ataupun staf sekolah lainnya, serta mengenali tingkat keterampilannya sendiri dalam mendengar, maka ia akan bisa memperkirakan seberapa jauh pemahamannya terhadap apa yang mereka sampaikan dan sebaliknya. Dengan demikian, ia pun akan dapat merancang strategi yang lebih tepat dalam memberdayakan mereka untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Artikel Lengkap Download Disini
Kompetensi Kepribadian,Pengenalan Diri
0 komentar :
Posting Komentar
Sebagai Manusia Biasa Saya Masih Banyak Kekurangan. Untuk Itu Kritik dan Saran Yang Membangun Dari Sobat Sangat Besar Saya Harapkan. Terima Kasih Kepada Sobat Yang Telah Meluangkan Waktu Untuk Berkomentar dan Mohon Maaf Jika Komentar Yang Menggunakan Pilihan 'Anonim', Terpaksa Harus Saya Abaikan, Karena “SPAM” Tidak Hanya Melanggar Hukum Tetapi Juga “BERDOSA”